Smart Clean dan Sampah Plastik

sampah

Masih ingat, beberapa minggu lalu, nelayan Pantura Jatim (Probolinggo dan Situbondo) menemukan ikan paus terdampar mati? Setelah dibedah perutnya, ternyata ada lima kilogram lebih sampah plastik di sana. Artinya, ikan paus itu mati karena makan sampah plastik. Di dalam perutnya ditemukan tutup galon, kemasan botol air minum, sedotan plastik, tas kresek, dll.

Kasus ikan paus di Pantura Jatim itu memperingatkan pada kita semua, bahaya pencemaran plastik terhadap alam dan lingkungan sudah sampai pada titik sangat berbahaya. Lampu merah sudah menyala. Harus ada tindakan konkrit untuk penyelamatan alam dan lingkungan dari bahaya pencemaran plastik yang memang sudah terbukti mengancam harmoni ekosistem alam dan lingkungan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sudah menyatakan “perang” terhadap sampah plastik. Wilayah laut kita sudah sangat berat menanggung beban sampah plastik yang digelontorkan dari sungai-sungai yang bermuara ke laut lepas. Ikan hiu yang mati itu, hanya satu kasus yang tertangkap oleh kita karena terdampar. Bisa jadi angka kematian ikan karena sampah plastik, sebenarnya sudah cukup tinggi. Ingat, beberapa waktu lalu, ada anak perempuan Australia yang juga berkampanye “perang” melawan sedotan plastik, setelah melihat televisi National Geography, yang nenayangkan burung laut mati karena “kloloden” sedotan plastik.

Begitu juga, baru-baru ini, Kementerian Dalam Negeri juga mulai berkampanye “membuang” sampah plastik kemasan air minum. Mulai bulan Desember 2018, Kemendagri mengimbau seluruh jajarannya untuk mulai meninggalkan air minum dalam kemasan botol plastik. Dalam setiap kegiatan, baik di dalam maupun di luar kantor, semua karyawan jajaran kementeriannya, tidak boleh lagi ada suguhan air minum dalam kemasan botol.

Ini imbauan yang sangat simpatik. Semoga langkah Kemendagri dan Kemenlaperik segera diikuti oleh lembaga negara yang lain. Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup mestinya segera ikut menangkap momen ini dan memelopori gerakan massal meninggalkan plastik untuk kemasan secara terbatas.

Dari berbagai isu itu, kami dari Smart Clean, yang memproduksi deterjen cair ramah lingkungan, juga ingin ikut berpartisipasi dalam gerakan massal kampanye pengurangan sampah plastik. Secara faktual, kita memang belum bisa secara total meninggalkan plastik sebagai kemasan produk. Tapi, untuk mengurangi pemakaian plastik, kayaknya bisa dilakukan dengan strategi cukup sederhana, tanpa mengurangi kualitas produk dan layanan kepada pengguna (konsumen).

Strategi itu antara lain:

  1. Kita konsentrasi pada produk pasta mini pack (5 liter) dan super mini (2 liter), untuk dikembangkan menjadi produk unggulan langsung kepada pengguna (konsumen). Kita bangun mindset baru pada pengguna bahwa dengan pasta mini pack dan super mini pack, pengguna lebih diuntungkan dari sisi biaya karena mendapatkan produk jadi dengan volume yang lebih banyak.
  2. Kita konsentrasi pada pasta reguler (20 liter), untuk dikembangkan menjadi produk unggulan langsung kepada Jaringan Produksi yang sudah ada. Jaringan Produksi dapat melabeli kegiatan usahanya sebagai Rumah Sabun. Rumah Sabun adalah rumah penjualan sabun dalam bentuk curah, tanpa kemasan botol plastik, untuk memenuhi kebutuhan pengguna (konsumen) yang ada di lingkungannya. Para pengguna bisa datang dengan membawa botol sendiri untuk setiap kali dipakai kembali (isi ulang) bila sabun telah habis. Bila cara jual beli curah ini dilakukan berkelanjutan, tentu volume penggunaan kemasan botol plastik dapat ditekan sampai sekecil mungkin.
  3. Untuk penjualan produk dengan kampanye penggunaan kemasan plastik secara terbatas ini, dapat dilakukan dengan dukungan materi informasi dan edukasi yang sederhana (spanduk, banner, brosur) dan media sosial. Penggunaan materi informasi tentu dilakukan dengan bijak agar bisa diterima oleh semua kelompok masyarakat.

Demikian beberapa hal terkait strategi pengembangan usaha Smart Clean ke depan, dikaitkan dengan isu terkini bahaya pencemaran sampah plastik terhadap alam dan lingkungan, terutama ancaman terhadap habitat dan ekosistem mahluk hidup.

Salam kreativitas dan inovasi!

Smart Clean Management.
04.12.2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *